Saat kita masih kecil, salah satu hal yang paling sering dilakukan oleh orang tua adalah membacakan buku cerita sebelum tidur. Entah itu dongeng tentang putri dan naga, kisah binatang di hutan, atau cerita rakyat penuh pesan moral, semua itu menjadi bagian dari kenangan masa kecil yang hangat. Tapi pernahkah kita bertanya, mengapa orang tua melakukan itu?
Membacakan buku bukan hanya untuk meninabobokan kita. Lebih dari itu, mereka sedang menanamkan sesuatu yang jauh lebih penting yaitu kebiasaan membaca, rasa ingin tahu, dan kedekatan emosional dengan cerita. Tanpa disadari, mereka sedang memperkenalkan kita pada dunia literasi, sebuah dunia yang kelak akan menjadi pondasi dalam memahami hidup.Literasi, yang sering dianggap sebatas kemampuan membaca dan menulis, sebenarnya adalah pintu awal menuju perubahan besar dalam hidup seseorang. Ia bukan sekadar keterampilan dasar, tapi fondasi dari segala bentuk pembelajaran, pertumbuhan, dan kemajuan.
Literasi memberi kita kekuatan untuk memahami dunia. Dengan membaca, kita bisa menjelajah tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi, memahami sudut pandang orang lain, dan belajar dari pengalaman hidup yang tidak kita alami sendiri. Melalui tulisan, kita bisa menyampaikan gagasan, mengungkapkan perasaan, bahkan menggugah hati banyak orang. Literasi membuat seseorang tidak hanya tahu, tapi juga mengerti dan peduli.
Di banyak tempat, terutama di daerah-daerah yang akses pendidikannya masih terbatas, semangat untuk belajar dan membaca tetap menyala meski dengan keterbatasan. Ada anak-anak yang berjalan kaki berjam-jam hanya untuk sampai ke perpustakaan kecil. Ada relawan yang berkeliling membawa buku di motor, perahu, bahkan gerobak. Semua dilakukan karena mereka percaya satu hal, literasi bisa mengubah masa depan.
Kisah-kisah seperti ini mengingatkan kita bahwa literasi bukan sekadar urusan akademik. Ia adalah soal harapan. Anak yang membaca hari ini, mungkin akan menjadi pemimpin esok hari. Remaja yang terbiasa menulis, bisa jadi akan menemukan suara hatinya dan menginspirasi banyak orang. Masyarakat yang terbiasa berpikir kritis lewat literasi akan lebih siap menghadapi tantangan zaman.
Di era digital seperti sekarang, bentuk literasi berkembang, tidak hanya tentang teks, tapi juga visual, data, hingga literasi digital. Namun satu hal tetap sama, literasi menuntun kita untuk berpikir jernih, bersikap bijak, dan mengambil keputusan dengan sadar. Literasi menumbuhkan rasa ingin tahu dan keberanian untuk terus belajar, seumur hidup.
Jadi, jika hari ini kamu membaca ini, anggaplah itu sebagai bagian dari perjalanan literasimu. Bacalah lebih banyak, tulislah lebih sering, bagikan pengetahuanmu, dan ajak orang lain untuk ikut mencintai literasi. Karena lewat literasi, kita tidak hanya mengubah hidup kita sendiri, tapi juga bisa membantu mengubah kehidupan orang lain.