Penulis : Rangga Sinatrya Al Faiq (SMPN 1 Padangan)
Di era serba digital, hampir setiap aktivitas kita meninggalkan rekaman jejak di dunia maya. Unggahan di media sosial, komentar di forum, bahkan pencarian di internet membentuk apa yang disebut sebagai jejak digital atau digital footprint. Banyak orang menganggap sepele hal ini, padahal jejak digital dapat memengaruhi reputasi kita di masa depan.
Jejak digital terbagi menjadi dua jenis, aktif dan pasif. Jejak aktif adalah segala hal yang sengaja kita unggah, seperti foto, video, atau status. Sementara itu, jejak pasif terbentuk tanpa kita sadari, misalnya dari data yang dikumpulkan situs web atau aplikasi saat kita menyelam. Kedua jenis jejak ini sama-sama dapat membentuk citra diri kita di mata orang lain.
Terkadang jejak digital bisa menjadi senjata positif. Misalnya, postingan tentang prestasi, karya, atau opini yang berbobot bisa membangun reputasi kita dan bahkan membuka peluang, seperti beasiswa atau pekerjaan. Tapi sebaliknya, jejak digital juga bisa menjadi bumerang. Banyak orang kehilangan kesempatan karena komentar lama yang tidak pantas atau foto yang kurang sopan kembali muncul ke permukaan.
Faktanya, banyak perusahaan sekarang mengecek media sosial calon karyawannya. Bukan hanya untuk mencari tahu latar belakang, tapi juga menilai karakter. Bayangkan, komentar sembrono bisa membuat pihak perusahaan mengurungkan niat mempekerjakan kita.
Mengelola jejak digital tidaklah rumit. Mulailah dengan menghapus unggahan lama yang tidak perlu atau berpotensi menimbulkan masalah. Lalu, atur ulang pengaturan privasi agar informasi pribadi tidak mudah diakses orang asing. Kamu juga bisa membangun jejak positif dengan membagikan hal-hal bermanfaat, seperti karyamu, opini yang sopan, atau prestasi. Dengan begitu, dunia maya mengenal kita dari sisi terbaik kita.
Jejak digital seperti bayangan yang selalu mengikuti kita, bahkan ketika kita tidak menyadarinya. Menjaganya dengan bijak bukan hanya soal citra, tetapi juga investasi untuk masa depan. Di tengah derasnya arus informasi, literasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan agar kita dapat menjadi pengguna internet yang cerdas dan bertanggung jawab. Jadi, marilah kita lebih bijak di dunia maya, karena internet tak pernah lupa.