Penulis : Franya Karunia Putri (SMPN 1 Purwosari Bojonegoro)
Sering kali kita lihat, anak muda zaman sekarang itu lihai banget pakai media sosial, tapi banyak yang kurang paham cara memakainya dengan bijak. Mereka bisa cepat viral, tapi juga gampang kena hoaks. Ini adalah tantangan besar yang kita sebut literasi digital karena masalah ini bukan cuma soal teknis, melainkan isu yang rumit karena tidak adanya literasi digital. Ada beberapa hal yang bikin anak muda “tersesat” di dunia maya seperti konten singkat yang dapat mengikis pikiran kritis contohnya konten yang serba instan seperti TikTok atau Reels membuat kita terbiasa menerima informasi tanpa perlu berpikir serius.
Pendidikan yang belum optimal seperti saat di sekolah, etika dan keamanan digital belum diajarkan secara maksimal. Peran keluarga yang buruk karena kurangnya pemahaman dan kemampuan orang tua terhadap teknologi sehingga membuat anak-anak mereka bebas terpengaruh konten negatif di dunia digital. Jebakan hoaks dan ujaran kebencian juga menjadi salah satu faktor penyebab anak muda tersesat di dunia digital yang membuat anak muda rentan jadi korban atau bahkan penyebar berita palsu karena tidak tahu cara membedakan mana yang benar dan salah.
Literasi digital adalah kunci. Itu bukan cuma soal bisa pakai gadget, tapi tentang bagaimana kita menjadi pengguna yang cerdas, aman, dan punya etika di dunia maya. Ada beberapa cara agar kita terhindari dari informasi hoaks seperti pertama tidak langsung percaya dan asal bagikan karena tidak semua informasi di internet dapat dipercaya dan dibenarkan. Kedua, mencari fakta sebenarnya dengan cara mencari kebenarannya di sumber lain. Ketiga, melihat waktu dan tanggal penerbitan untuk memastikan informasi tidak kadaluarsa.
Etika digital juga harus kita utamakan. Sikap sopan santun berlaku di mana saja, termasuk di internet. Ingat, jejak digitalmu akan abadi. Jika kita sopan di mana saja maka akan menciptakan jejak yang positif dimanapun kita berada. Dengan menghormati orang lain di ruang digital agar tidak terdampak hukum. Dan sebagai kaum terpelajar, alangkah lebih baik untuk berpikir dua kali sebelum posting sesuatu. Apakah ini akan menyakiti orang lain atau justru membawa kebaikan?
Kesimpulannya adalah jadilah bagian dari solusi bukan menjadi bagian dari masalah. Literasi digital itu bukan pilihan, tapi kebutuhan. Dunia digital bisa menjadi tempat yang luar biasa asalkan kita bisa menggunakannya dengan cerdas. Mari kita jadi pelajar yang kritis, beretika, aman, dan bisa memberikan dampak positif. Yuk, jadi bagian dari perubahan baik di dunia maya!